Kamis, 19 Maret 2009

Memilih Pasangan Hidup dengan 7 Check List

Mungkin saudara bertanya-tanya.. Apa sih 7 Check List itu?

7 Check List adalah salah satu panduan dasar yang dapat digunakan oleh setiap umat Kristen dalam memilih PH (pasangan hidup) yang cocok untuk hidup kita
Adanya 7 check list ini adalah lebih banyak disebabkan karena keabstrakan gereja Tuhan saat ini dalam memberikan syarat-syarat dalam memilih pasangan hidup.
Contohnya adalah damai sejahtera.. Apakah benar hanya damai sejahtera saja sudah cukup untuk menentukan pasangan hidup. Karena justru seringkali perasaan kita bercampur baur dengan gejolak rasa cinta kita.
Atau ada yang memberi saran dengan minta tanda dari Tuhan. Tanda yang bagaimana yang cukup untuk menentukan bahwa itu adalah pasangan hidup kita? Banyak jawaban yang abstrak. Contoh kasus, misalnya kalau saya suka dengan cewek yang pelayanan tamborin, terus saya minta tanda kalau cewek tersebut memandang ke saya sesekali sewaktu pelayanan, berarti itu pasti jodoh saya. Benarkah cara seperti itu sudah cukup untuk menentukan apakah ia adalah jodoh dari Tuhan? Apa tidak terlalu mudah ya? Karena pelayanan tamborin kan memang melihat ke arah jemaat.
Minta tanda yang sulit, harus sesulit apa? Seringkali kita bingung dalam memilih.
Kemudian ada yang bilang, ya dengan berdoa dan mendengar suara Tuhan. Memang benar kita bisa berdoa dan mendengar suara Tuhan. Tapi justru seringkali bukan suara Tuhan yang kita dengar tapi mungkin "suara-suara" yang lain, seperti suara hati kita yang sendiri yang sudah bercampur baur dengan perasaan cinta
Maka dari itu, tanpa mengesampingkan kebenaran dari metode-metode di atas, 7 check list ini ada untuk memberikan keberanian, kemudahan, dan juga pengetahuan dalam memilih pasangan hidup.

Roma 12 :1-2 mengatakan bahwa "Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna." Amin..
Dari kedua ayat ini, kita dapat mengambil sebuah statement, yaitu "Allah ialah sumber dari segala yang sempurna, namun memilih dengan sempurna adalah tanggung jawab kita kepadaNya."
Kita tidak bisa hanya mengandalkan pengetahuan akan kehendak Tuhan saja dalam menentukan apa yang harus kita buat. Namun keputusan apa yang kita pilihlah yang jauh lebih penting.
Dalam suatu pernikahan, seorang pendeta pasti akan bertanya, apakah kita bersedia menerima pasangan kita, baik dalam suka maupun duka, dalam senang maupun susah, dsb. Pertanyaan itu harus kita jawab dengan YA, SAYA BERSEDIA.. Dan itu menunjukkan bahwa berarti ada keputusan yang kita harus buat, pertanyaan itu tidak akan bisa kita jawab, "Ya kalau Tuhan memang berkehendak" Tuhan yang bertanya melalui pendeta itu kepada kita untuk kita jawab, jadi jangan kita kembalikan lagi pertanyaan itu kepada Tuhan.

Flp 1:9-11 mengatakan bahwa, "Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.
Kitab Filipi ini ditulis oleh rasul Paulus, yang tahu benar dengan dunia Roh bahkan saputangannya pernah menyembuhkan orang. Namun orang yang tahu benar tentang dunia Roh ini memilih untuk "membumi" dalam mengambil keputusan, tidak terus berada di "awang-awang"
Karena itu kita butuh kriteria tentang apa saja yang kita butuhkan sebelum kita mengambil keputusan untuk memilih, yaitu dengan 7 check list ini dan diharapkan calon PH kita memiliki nilai 60% di setiap poinnya. Jadi bukan ditotal baru 60%. hehe..
Kenapa kok tidak 50%? Karena angka 50 terlalu "mepet" untuk lulus. Kok tidak 70/80%? Karena kalau gitu, nanti semua orang mengejar Benny Hinn atau Reinhard Bonke.

7 Check List :
1. Komitmen Untuk Bertumbuh Secara Pribadi Di Dalam Kristus.

Otomatis yang non Kristen, sudah tidak masuk hitungan lagi.
Masing-masing dari kita diharapkan punya komitmen bertumbuh secara pribadi, bukan bersama di dalam Yesus. Karena kalau setiap pribadi tidak punya komitmen untuk bertumbuh secara pribadi, maka saat mereka menikah nanti, akan banyak masalah dalam kerohanian mereka, kalau tidak gagal, kerohanian mereka akan saling bergantung. Sedangkan kalau setiap mereka punya komitmen untuk bertumbuh secara pribadi dalam Yesus, maka mereka akan saling support dan menguatkan di saat yang satu lemah, bukannya justru jatuh bersama.
Flp 2:12 mengatakan bahwa "Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir"
Posisi/jabatan seseorang di gereja tidaklah menentukan, karena seringkali jemaat banyak yang mengejar WL nya saja, sehingga banyak yang single. Padahal belum tentu WL itu yang terbaik untuk kita. Justru mungkin orang yang terbaik buat kita sedang berada di samping kita, cuma mungkin dia bukan berada dalam pelayanan yang kelihatan di panggung, namun dia adalah orang yang bertumbuh dalam Tuhan.
Seorang WL seberapapun dia diurapi belum tentu cocok untuk jadi suami atau istri kita, karena urapan itu datangnya dari Tuhan, namun karakter itu datangnya dari kemauan dan keputusan kita masing-masing. Carilah orang yang "Growing in God" bukan "Glowing in God"

2. Visi Hidupnya Menyenangkan Tuhan
Flp 1:21-22a mengatakan "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."
Visi hidupnya menyenangkan Tuhan. Orang itu hidupnya produktif, punya visi yang jelas, tahu kemana ia harus pergi, dan punya tujuan untuk/di dalam Tuhan.
Menyenangkan Tuhan adalah visi hidupnya dan Tuhan senang dengan visi hidupnya.

3. Jujur
Luk 16:10 mengatakan bahwa, " Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Hati orang ini tulus, bukan berarti bodoh dan mudah dibodohi. Tapi kita bisa lihat orang ini punya hati yang tulus. Meskipun kadang ia bisa berbuat salah, namun ia menyesal dan ia punya keinginan untuk hidup benar

4. Dewasa dan Tanggung Jawab

1 Kor 13:11 mengatakan bahwa, "Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu."
Dewasa tidak hanya berbicara tentang umur meskipun umur itu penting. Ada orang yang sudah berumur 35 tahun namun masih belum mau bekerja.
Kenali pandangan dan cara hidupnya, maka dari itu penting sekali untuk kita berteman dekat lebih dahulu. Lihat bagaimana cara dia bergaul. Gentle atau tidak bagi yang lelaki. Noble atau tidak kalau itu wanita.
Akan sangat repot sekali kalau kita menikah dengan orang yang belum dewasa dan tidak bertanggung jawab.

5. Gambaran Diri yang Baik
Mat 22:39 mengatakan bahwa, "Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."
Mengasihi diri sendiri bukan berarti sama dengan mengasihani diri sendiri. Orang yang mengasihi diri sendiri tahu bagaimana caranya ia merawat dirinya sendiri.

Kamarnya tidak seperti kapal pecah, bukan berarti juga kamarnya harus kayak kamar hotel yang baru dibersihkan. Tapi orang ini tahu cara merawat kamarnya supaya kelihatan rapi dan bersih.
Apa jadinya kalau kita menikah dengan orang yang merawat diri sendirinya saja dia belum bisa?

6. Sikapnya Positif Terhadap Hidup
Flp 4:4 mengatakan bahwa, "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!"
Ia mempunyai sikap hidup yang positif terhadap hidup. Tidak sedikit-sedikit mengomel. Menyalahkan diri sendiri. Sedikit-sedikit menggerutu. Memang kadang-kadang kita sering melihat calon pasangan kita gagal, tapi bukan berarti kita harus menghapus dari "daftar" kita. Mungkin karena habis ditipu orang, ia jadi marah besar. Tapi yang harus kita lihat adalah, itu adalah sikapnya saat ia lagi "tidak normal", lain cerita kalau memang marah-marah dan engomel itu adalah "normalnya" dia.
Maka dari itu, pertemanan sebelum pacaran itu sangat penting.

7. Jatuh Cinta
Kidung Agung 8:5-7 mengatakan bahwa, "Siapakah dia yang muncul dari padang gurun, yang bersandar pada kekasihnya? -- Di bawah pohon apel kubangunkan engkau, di sanalah ibumu telah mengandung engkau, di sanalah ia mengandung dan melahirkan engkau.
Taruhlah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu, karena cinta kuat seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati, nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api TUHAN!
Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina."
Cinta itu sangat perlu, meskipun check list 1-6 terpenuhi tapi apa jadinya kalau kita menikah dengan orang yang tidak kita cintai dan setiap hari sampai seumur hidup kita, kita harus hidup dengannya. Selain gagal, kita juga sedang bermain dengan pencobaan moral yang besar dalam hidup kita, yaitu selingkuh. Dan akibatnya akan semakin fatal karena akan beresiko pada keselamatan pribadi kita.
Ada baiknya kalau kita menikah dengan best friend kita. Best friend tidak sama dengan old friend. Best friend juga bukan berarti kita harus mengetahui lebih banyak dari old friend nya.
Best friend bicara tentang ikatan friendship yang terbentuk, bicara tentang rasa saling menghormati satu sama lain, saling menerima, dan saling percaya. Kalau masalah pengetahuan akan masing-masing pribadi, saya percaya seiring dengan berjalannya waktu, kita juga akan tahu banyak tentang dia.

Milikilah dulu hubungan persahabatan yang sehat dengan si dia. Dukung dia dalam pertumbuhannya, baik rohani maupun karakternya. Jangan tumbuhkan cinta sbelum waktunya karena salah satu buah Roh adalah juga pengendalian diri. Kenalilah dulu dan beri dia kesempatan untuk bertumbuh karena itu akan sangat berdampak bukan hanya untuk kebaikan kita namun juga untuk kebaikannya sendiri.

Jangan campurkan antara kasih dan cinta. Jangan juga campurkan komitmen kita dengan Tuhan dan gereja, dengan cinta. Karena seringkali orang yang cintanya ditolak, ia langsung mundur dari Tuhan dan pindah gereja.



dikutip dari khotbah Bpk. Philip Mantofa